Selasa, 01 September 2015

perploncoan narkoba


SILATURAHIM dan rapat koordinasi Asosiasi Peguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) komisariat IV Wilayah VII Jawa Timur yang digelar di ruang sidang senat Unversitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (31/8) menjadi wadah bagi para pimpinan Peguruan Tinggi Swasta (PTS) untuk menyampaikan permasalahan dan gagasan dari masing-masing kampus.

      Kegiatan ini dihadiri oleh rektor seluruh PTS di Malang dan Pasuruan. "Ada 62 PTS yang kami undang, tapi tidak semua bisa hadir," kata Drs Joko Widodo MSi, ketua pelaksana kegiatan yang juga merupakan dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM.
      Bagi Joko Widodo, UMM demikian juga PTS-PTS lainnya sangat diuntungkan dengan adanya acara ini. “Melalui acara ini kita bisa saling bertukar ide. Permasalahan yang ada di masing-masing kampus kita kemukakan, kita selesaikan bersama, lalu kita usulkan ke APTISI pusat," terang Joko Widodo yang juga menjabat sebagai wakil ketua APTISI komisariat IV ini.
      Agar gagasan-gagasan tersebut bisa tersampaikan, kegiatan ini menghadirkan tiga pengurus APTISI, yaitu ketua APTISI Komisariat IV Jatim dr Muljo Hadi Sungkono SpOG, ketua APTISI Wilayah VII Jatim Prof Dr Suko Wiyono SH MH, koordinator Kopertis Wilayah VII Jatim Prof Dr Ir Suprapto DEA, dan sekretaris kopertis VII Jatim Prof Ali Ma'sum.
      Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam kegiatan ini yaitu di bidang kemahasiswaan, khususnya terkait proses penerimaan mahasiswa baru. Suko Wiyono menilai tidak perlu adanya aksi perpeloncoan pada gelaran penerimaan mahasiswa baru. Selain itu, tiga poin penting bidang kemahasiswaan yang dibahas pada aspek ini yaitu maraknya kasus narkoba, perilaku seks menyimpang dan organisasi radikal.
      "Jatim, kasus narkobanya tertinggi di Indonesia, Malang Raya nomor satu di Jatim, dan kota Malang nomor satu di Malang Raya. Mari Bapak Ibu, kita bina anak-anak kita, karena mahasiswa dan perguruan tinggi adalah sasaran empuk mafia narkoba," papar Suko Wiyono.
      Sementara itu dalam sambutannya mewakili kopertis VII Jatim, Prof Ali Ma'sum menyatakan, memang ada tiga aspek utama yang menjadi pokok bahasan pertemuan ini, yaitu kelembagaan, akademik dan kemahasiswaan. Ali Ma’sum menambahkan, bidang pendidikan merupakan sektor paling penting bagi pembangunan bangsa. Hal ini didasarkan pada kebijakan terkait penyelenggaraan pendidikan serta menurunnya indikator mutu pembangunan bangsa. "Di sinilah perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab lebih besar," jelasnya.
      Pada aspek kelembagaan, pokok yang dibahas yaitu pentingnya jalinan komunikasi yang harmonis antara birokrasi di rektorat dengan pihak yayasan, serta bagaimana para rektor memliki kendali utuh hingga ke tingkat program studi (prodi). Sementara di bidang akademik, Ali Ma'sum menyatakan bahwa teaching learning proccess harus selalu diperbarui. "Terutama bagaimana interaksi dosen, mahasiswa, dan sumber belajar," ujarnya.

      Baginya, dosen yang baik bukanlah dosen yang hanya ada di kampus jika mengajar dan pulang setelahnya, melainkan dosen yang betah di kampus untuk membaca buku dan menelaah jurnal-jurnal hingga memunculkan ide untuk melakukan riset. "Dengan cara itulah iklim akademik yang sehat terbangun," kata Ali Ma’sum. (ich/han)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar